HOM PIM PA & JAN KEN PON
Di bawah ini terdapat penjelasan tentang HOMPIMPA dan JANKENPON.
Di bawah ini terdapat penjelasan tentang HOMPIMPA dan JANKENPON.
Awalnya ini adalah pidato dari teman saya bernama: sebut saja Ody untuk menghargai privasinya.
Ada
terdapat beberapa tulisan yang sudah mengalami gubahan-gubahan dan
perubahan-perubahan yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bahasa
Jepang.
Kenapa bahasa Jepang.? Karena dia mengikuti lomba pidato bahasa Jepang........
Untuk apa artikel hompimpa harus dipost? kayak kurang kerjaan aja.. dah kuno...!!!
nah,
disinalah kesalahan kita. Kita tidak mau melestarikannya atau bahkan
sekadar mengingatnya. coba ingat-ingat waktu kita masih kecil, saat
bermain untuk menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah pake apa
hayo...? bukankah permainan dulu menarik....?
Tidak seperti zaman sekarang ini, anak-anak hanya bermain di depan layar saja, permainan maya saja...
I. HOMPIMPA
Apakah saudara sekalian mengetahui apa itu “HOMPIMPA”?
read more
Bagi orang Indonesia, karena HOMPIMPA sering kita pakai pada masa anak-anak dalam suatu permainan, pasti kata tersebut bukanlah hal yang asing. Dengan kata lain, HOMPIMPA sudah menjadi budaya Indonesia. Tetapi, apakah saudara sekalian tahu siapa yang pertama sekali memperkenalkan HOMPIMPA tersebut? Memang dari dulu hingga sekarang tidak diketahui siapa yang memperkenalkannya, tetapi permainan tersebut sudah dikenal secara turun-temurun.
read more
Bagi orang Indonesia, karena HOMPIMPA sering kita pakai pada masa anak-anak dalam suatu permainan, pasti kata tersebut bukanlah hal yang asing. Dengan kata lain, HOMPIMPA sudah menjadi budaya Indonesia. Tetapi, apakah saudara sekalian tahu siapa yang pertama sekali memperkenalkan HOMPIMPA tersebut? Memang dari dulu hingga sekarang tidak diketahui siapa yang memperkenalkannya, tetapi permainan tersebut sudah dikenal secara turun-temurun.
Jadi, sebenarnya apa itu HOMPIMPA? HOMPIMPA adalah cara untuk menentukan siapa yang menang dan kalah dalam suatu permainan anak-anak, dengan menggunakan telapak tangan dan biasanya dilakukan paling sedikit oleh tiga orang anak.
Pasti kalian sudah mengetahui cara bermainnya, bukan? Saya akan
menjelaskannya kembali secara umum supaya kita bisa mengingatnya
kembali. Cara bermainnya yaitu anak-anak mengucapkan kata HOMPIMPA secara bersamaan, kemudian ketika mengucapkan kata “PA”, masing-masing anak memperlihatkan salah satu telapak tangan dengan menghadap ke atas atau ke bawah. Apabila jumlah anak yang memperlihatkan telapak tangan yang berbeda dari anak lainnya lebih sedikit, maka dialah pemenang. Saya kira ini permainan yang cukup mudah, bukan? Kemudian, alasan dilakukannya HOMPIMPA itu, supaya dalam suatu permainan anak-anak dapat berlaku adil dan tidak ada kecurangan.
Selama ini, kata HOMPIMPA biasanya hanya dipakai bila ingin mengundi siapa yang menang dan kalah di dalam kelompok bermain anak-anak. Ada juga yang menyebutnya dengan ”Hompimpa Alaium Gambreng”. Hal ini mengingatkan kita kembali pada saat bermain petak umpet.“Petak Umpet” permainan yang bagaimanakah?
Petak Umpet adalah suatu permainan yang mana siapa yang kalah harus
menutup mata sambil berhitung dari 1 sampai 10 dan setelah itu mencari
temannya yang bersembunyi. Seperti yang kita ketahui bersama, petak
umpet biasanya dimainkan lebih dari tiga orang. Kalau hanya dimainkan
berdua atau bertiga pasti tidak seru, bukan? Lebih banyak lebih bagus. Supaya permainannya dapat berlangsung lama. Sewaktu kecil saya pernah diajak teman untuk bermain petak umpet. Awalnya saya tidak mengetahui cara bermainnya, tetapi setelah diajarkan oleh teman, saya mulai mengerti. Ketika itu kami berjumlah lima orang. Sebelum
menentukan siapa yang harus berjaga dalam permainan tersebut, maka kami
melakukan HOMPIMPA. Secara serentak kami mengucapkan HOMPIMPA sambil
memperlihatkan bagian dalam telapak tangan menghadap ke atas atau ke
bawah. Sesuai dengan perjanjian awal, siapa yang telapak tangannya menghadap ke atas lebih sedikit, maka dia sebagai pemenang. Dengan kata lain, dia tidak berjaga dalam permainan tersebut,kan? Setelah dua orang yang tersisa, maka kedua anak tersebut harus melakukan “SUIT”. Mungkin kalian akan bertanya kembali, kata apa lagi yang disebut dengan SUIT itu? “SUIT” adalah permainan dengan menggunakan bentuk jari tangan dan hanya bisa dilakukan oleh dua orang saja. Ini adalah cara terakhir untuk menentukan siapa yang harus berjaga dalam permainan petak umpet tersebut, apabila pemain yang tersisa sebanyak dua orang. Cara
bermainnya yaitu hanya menunjukkan salah satu jari dari ketiga jari
yang bisa digunakan. Yaitu jempol (ibu jari), jari telunjuk, dan jari
kelingking. Adapun peraturannya yaitu jempol akan kalah melawan kelingking. Kemudian jari kelingking akan kalah melawan jari telunjuk. Dan terakhir jari telunjuk akan kalah dengan jempol. Itulah sekilas mengenai permainan unik anak-anak Indonesia.
Ternyata di Jepang juga terdapat hal yang serupa dengan HOMPIMPA. Apakah kalian pernah mendengar kata JANKENPON? Itulah permainan yang hampir mirip dengan HOMPIMPA. Sebaliknya, mugkin bagi orang Indonesia tidak banyak yang mengetahui kata JANKENPON tersebut. JANKENPON adalah permainan di kalangan anak-anak dengan menggunakan jari dan tangan yang dilakukan oleh dua orang anak.
Tujuannya sama seperti HOMPIMPA, yaitu untuk mencari siapa yang menang
dan kalah. Hanya saja, nama dan bentuk permainannya yang berbeda. Permainannya juga menarik, karena ada tiga macam bentuk jari atau telapak tangan. Cara bermainnya juga sama, yaitu kata JANKENPON diucapkan secara serentak sambil memperlihatkan
bentuk jari seperti batu, gunting dan kertas. Di Jepang bentuk-bentuk
itu disebut Guu, Choki, dan Paa yang diambil dari bahasa China. Apabila
jari tangan dikepalkan membentuk tinju, maka disebut Guu (batu). Choki
(gunting) cukup dengan membuka dua jari membentuk huruf “V”. Dan apabila
telapak tangan dibentangkan dan memperlihatkan ke lima jari, maka
disebut Paa (kertas). Adapun peraturan dalam permainannya yaitu batu akan kalah melawan kertas, kemudian kertas akan kalah dengan gunting, dan gunting akan kalah melawan batu.
Sekilas saya berpikir, ”Oh, ternyata ini permainan yang disebut dengan
JANKEPON”. Saya juga baru sadar setelah kuliah di sastra Jepang ini.
Sesuai apa yang saya ketahui pada waktu kecil, permainan itu disebut
dengan SUIT CHINA di daerah tempat tinggal saya. Selain itu, JANKENPON ini juga bisa dimainkan lebih dari dua orang bahkan bisa dengan menggunakan kedua belah tangan. Namun, terdapat beberapa aturan tertentu. Begitulah ciri khas dari permainan JANKENPON.
Apabila dilihat dari penggalan kata, HOMPIMPA dan JANKENPON terdiri
dari tiga penggalan kata. Yaitu HOM-PIM-PA dan JAN-KEN-PON. Tetapi apakah kalian ketahui apa sebenarnya arti dari HOMPIMPA itu? Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak ditemukan
makna dari kata tersebut. Tetapi, kalimat “Hompimpa Alaium Gambreng”
itu ternyata memiliki arti “Dari Tuhan Kembali ke Tuhan, Mari Kita
Bermain!”. Ini kutipan yang saya dapat dari salah satu acara televisi. Dan saya juga baru sadar, ternyata di jejaring sosial seperti forum facebook pernah membahas mengenai makna dari kalimat tersebut. Sesuai yang saya baca dalam forum tersebut, orang
memberikan komentar bahwa makna kalimat tersebut yaitu budaya Indonesia
yang bersifat ketuhanan. Segala sesuatunya dipandang dari sisi agama. Hal ini terlihat jelas dari gerakan membolak-balikkan telapak tangan. Yang menghadap ke atas itu berarti
menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dan telapak tangan yang
menghadap ke bawah yang berarti kita sebagai manusia akan kembali kepada
Tuhan. Pernahkah kalian terpikirkan akan hal itu? Saya kira maknanya cukup mendalam. Kemudian untuk kata JANKENPON saya pun
tidak menemukan artinya. Baik arti secara keseluruhan, maupun arti tiap
penggalan kata tersebut. Saya juga sudah menanyakan hal ini secara
langsung kepada orang Jepang, namun mereka juga tidak mendapatkan apa arti sebenarnya dari kata JANKENPON. Mereka bilang, itu hanya nama permainan saja.
Saya kira hal ini sangat menarik untuk saya sampaikan kepada saudara
sekalian. Karena ini merupakan salah satu kebudayaan dari generasi ke generasi yang perlu untuk dilestarikan.
II. HOMPIMPA
-->II. HOMPIMPA
Apakah
saudara sekalian mengetahui apa itu “HOMPIMPA”? Pasti bagi orang
Indonesia, kata itu sudah tidak asing terdengar di telinganya. Karena
pada masa anak-anak, HOMPIMPA sering dipakai dalam suatu permainan.
Dengan kata lain, HOMPIMPA sudah menjadi budaya yang dibawa oleh nenek
moyang bangsa Indonesia. Namun, kata tersebut tidak diketahui sejak
kapan ditemukan. HOMPIMPA adalah sebuah cara untuk menentukan siapa yang
menang dan kalah dalam suatu permainan, dengan menggunakan telapak
tangan yang dilakukan oleh sekelompok anak, atau minimal tiga orang
anak. Cara bermainnya yaitu anak-anak mengucapkan kata HOMPIMPA secara
bersamaan. Ketika mengucapkan suku kata terakhir yaitu “PA”,
masing-masing anak memperlihatkan salah satu telapak tangan menghadap ke
atas atau ke bawah. Jumlah anak yang memperlihatkan telapak tangan yang
berbeda dari anak lainnya lebih sedikit, maka dialah pemenang. Dan
ketika anak-anak lainnya sudah menang, hingga tersisa dua orang anak,
maka kedua anak tersebut harus melakukan suit untuk menentukan siapa
yang kalah. Alasan dilakukannya HOMPIMPA adalah agar dalam suatu
permainan anak-anak dapat berlaku adil dan tidak ada kecurangan. Dalam
budaya suku Betawi, HOMPIMPA diucapkan dalam satu kalimat seperti syair,
“Hompimpa Alaium Gambreng”.
Selama
ini, kata HOMPIMPA biasanya dipakai bila ingin mengundi siapa yang
menang dan kalah, atau siapa yang harus mendahulukan siapa di dalam
kelompok bermain anak-anak. Contoh konkrit dari pengalaman saya yaitu
pada saat bermain petak umpet. Jumlah pemainnya ada lima orang. Sebelum
menentukan siapa yang harus berjaga dalam permainan tersebut, maka kami
melakukan HOMPIMPA. Secara serentak kami mengucapkan HOMPIMPA sambil
memperlihatkan bagian dalam telapak tangan menghadap ke atas atau ke
bawah. Tergantung dari perjanjian awal, siapa yang telapak tangannya
menghadap ke atas lebih sedikit, maka dia yang keluar sebagai pemenang.
Dengan kata lain, dia tidak berjaga dalam permainan tersebut. Setelah
dua orang yang tersisa, maka kedua anak tersebut harus melakukan “SUIT”.
Ini adalah cara terakhir untuk menentukan siapa yang harus berjaga
dalam permainan tersebut, dan hanya bisa dilakukan pada saat pemain yang
tersisa sebanyak dua orang. Cara bermainnya yaitu hanya menunjukkan
salah satu jari dari ketiga jari yang bisa digunakan. Yaitu jempol (ibu
jari), jari telunjuk, dan jari kelingking. Adapun peraturannya sebagai
berikut:
1.
Jempol akan kalah melawan kelingking. Karena jempol diibaratkan dengan
gajah dan kelingking sebagai semut. Maka semut bisa menggigit bagian
tubuh gajah.
2. Kelingking akan kalah melawan jari telunjuk. Karena jari telunjuk diibaratkan sebagai manusia, yang dapat membunuh semut.
3. Jari telunjuk akan kalah dengan jempol. Karena gajah dapat menimpa manusia.
Itulah
peraturan dalam “SUIT” ala Indonesia. Namun hingga sampai saat ini
tidak diketahui siapa yang membawa dan menentukan aturannya pertama
sekali. Tetapi HOMPIMPA sudah seperti membudaya di kalangan anak-anak
Indonesia.
Ternyata di Jepang juga terdapat hal serupa dengan HOMPIMPA, yaitu
JANKENPON. JANKENPON adalah permainan dengan menggunakan jari dan tangan
di kalangan anak-anak Jepang. Tujuannya sama seperti HOMPIMPA, yaitu
untuk mencari siapa yang menang dan kalah. Hanya saja, nama dan bentuk
permainannya yang berbeda. Permainannya juga unik, karena ada tiga macam
bentuk jari atau telapak tangan. Cara bermainnya juga sama. Apabila
kata JANKENPON diucapkan secara serentak, disaat bersamaan dua orang
anak akan menurunkan tangannya dengan memperlihatkan bentuk jari seperti
batu, gunting dan kertas. Di Jepang bentuk-bentuk itu disebut Guu,
Choki, dan Paa yang diambil dari bahasa China. Apabila jari tangan
dikepalkan membentuk tinju, maka disebut Guu (batu). Choki (gunting)
cukup dengan membuka dua jari membentuk huruf “V”. Dan apabila telapak
tangan dibentangkan dan memperlihatkan ke lima jari, maka disebut Paa
(kertas). Adapun peraturan dalam permainannya sebagai berikut:
1. Batu akan kalah melawan kertas. Karena kertas itu bisa menutupi batu.
2. Kertas akan kalah dengan gunting. Karena gunting dapat memotong kertas.
3. Gunting akan kalah melawan batu. Karena batu sangat keras dan bisa membuat gunting menjadi tumpul.
Selain
itu, JANKENPON ini juga bisa dimainkan lebih dari dua orang. Namun,
terdapat beberapa aturan. Misalnya, apabila tiga orang atau lebih
bermain JANKENPON, kemudian pada saat menurunkan tangan sambil menyebut
kata JANKENPON, ternyata muncul bentuk jari yang berbeda-beda atau belum
diketahui siapa yang menang, maka harus mengulanginya lagi sambil
mengatakan “AIKO”. Dan seterusnya sampai menemukan siapa pemenangnya.
Ternyata masih ada lagi hal yang membedakan antara JANKENPON dan
HOMPIMPA. Yaitu JANKENPON bisa dimainkan dengan menggunakan kedua
tangan. Ini disebut dengan “JANKENPON HOUHOU”. Cara bermainnya juga
menggunakan Guu, Choki, dan Paa, tetapi peraturan permainannya sebagai
berikut:
1.
Pada saat kata HOU pertama disebutkan, kita memperlihatkan bentuk
tangan yang pertama, Apakah Guu, Choki, atau Paa. Begitu juga pada HOU
yang kedua.
2.
Tiap orang tidak boleh mengeluarkan/memperlihatkan dua bentuk jari
tangan yang sama. Misalnya Guu dengan Guu, Choki dengan Choki atau Paa
dengan Paa.
3.
Apabila bentuk tangan yang diperlihatkan sama kedua-duanya dengan
lawan, maka salah satu tangan harus disembunyikan. Hal ini bertujuan
untuk mencari siapa pemenangnya.
Begitulah ciri khas dari permainan JANKENPON.
Apabila dilihat dari penggalan kata, HOMPIMPA dan JANKENPON terdiri
dari tiga penggalan kata. Yaitu HOM-PIM-PA dan JAN-KEN-PON. HOMPIMPA
bukan merupakan kosakata dalam bahasa Indonesia. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia pun tidak terdapat makna dari kata tersebut. Tetapi,
kalimat “Hompimpa Alaium Gambreng” itu ternyata memiliki arti “Dari
Tuhan Kembali ke Tuhan, Mari Kita Bermain!”. Ini kutipan dari acara
televisi yaitu Kick Andy. Dan saya juga baru sadar, ternyata di jejaring
sosial seperti forum facebook pernah membahas mengenai makna dari
kalimat di atas. Sesuai yang saya baca dalam forum tersebut, sebagian
besar orang memberikan komentar bahwa makna kalimat tersebut yaitu
budaya Indonesia yang bersifat ketuhanan. Segala sesuatunya dipandang
dari sisi agama. Terlihat jelas pada gerakan permainan HOMPIMPA. Dengan
menggunakan telapak tangan yang menghadap ke atas yang berarti
menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan dan telapak tangan yang
menghadap ke bawah yang berarti kita sebagai manusia akan kembali kepada
Tuhan. Kemudian untuk kata JANKENPON saya tidak menemukan artinya. Baik
arti secara keseluruhan, maupun arti tiap penggalan kata tersebut. Saya
juga sudah menanyakan hal ini secara langsung kepada orang Jepang,
namun mereka juga tidak mengetahui apa arti sebenarnya dari kata
JANKENPON. Bahkan dalam DenshiJisho juga tidak mengenal arti kata
tersebut. Saya kira hal ini sangat menarik untuk saya sampaikan kepada
saudara sekalian. Karena ini merupakan salah satu kebudayaan dari nenek
moyang kita masing-masing yang perlu untuk dilestarikan.
Adapula manfaat yang didapat dari HOMPIMPA yang bisa dikaitkan dengan
kehidupan yaitu membiasakan anak-anak untuk berperilaku adil dan melatih
diri untuk berjiwa besar dalam menerima kekalahan. Dengan melakukan
HOMPIMPA juga dapat mengurangi perbuatan curang dalam suatu permainan.
Karena biasanya dalam usia anak-anak, kita masih susah untuk bisa diatur
dan ada sifat ingin menang sendiri. Semuanya ketika anak-anak
menganggap dirinya yang paling kuat, yang paling pintar, yang paling
mampu dan sebagainya, sehingga muncul rasa ingin mendahului orang lain.
Hal yang seperti ini yang sangat sering terjadi di kalangan anak-anak.
Dengan kata lain, HOMPIMPA merupakan salah satu cara sederhana dan kuno
yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kecurangan.
Kenyataannya
sekarang ini, di lingkungan sekitar tempat berkumpul dan bermainnya
anak-anak, kata HOMPIMPA hampir tidak kedengaran sama sekali. Mungkin
hanya anak-anak yang masih mengingat dan menyukainya saja, yang sampai
saat ini terus melakukan HOMPIMPA. Karena usia permainan tersebut sudah
semakin tua dan tidak bisa disesuaikan lagi dengan keadaan zaman.
Permainan anak-anak sekarang sudah jelas berbeda dengan permainan
anak-anak zaman orang tua kita. Dahulu hanya ada permainan dari warisan
nenek moyang saja, yang sifatnya lebih ke dunia anak dan alam. Dan
segala sesuatu permainannya, dimulai dengan melakukan HOMPIMPA. Di
kalangan anak-anak sekarang, untuk bisa memulai suatu permainan saja
harus dengan suara besar dan melibatkan fisik. Mereka tidak membudayakan
HOMPIMPA sebagai sarana untuk mengurangi sikap bermain curang. Padahal
HOMPIMPA merupakan warisan budaya nenek moyang kita yang perlu
dilestarikan dari generasi ke generasi. Oleh karena itu, marilah kita
wujudkan kembali HOMPIMPA yang sempat hilang dari pendengaran kita saat
ini. Dengan mengajari dan menerapkannya kepada adik kita di rumah, atau
mengajak secara langsung adik-adik yang masih usia dini untuk bermain
HOMPIMPA. Mungkin dengan cara seperti itulah kata HOMPIMPA akan kembali
terdengar di negeri kita. Barangkali kalau sesama orang dewasa
menerapkan hal yang sama seperti ini juga bisa. Karena saya kira tidak
ada salahnya menerapkan sesuatu hal yang baik dalam kehidupan kita.
III. nah, ini diterjemahkan ke bahasa Jepang
HOMPIMPA
皆さん、HOMPIMPAのことを 知っていますか?インドネシア人にとって、HOMPIMPAは子供のとき、遊びでよく使っていましたから、珍しいことではない はずです。HOMPIMPAと言う遊びは、インドネシアの文化に なりつつあります。でも、皆さんは 誰が HOMPIMPAを 始めたか 知っていますか。昔から今まで 誰が 始めたのか 知らないで その遊びを 今も 続けられています。
それなら、HOMPIMPAというのは どういう意味でしょうか。HOMPIMPAは遊びで 誰が 勝ちか 負けかを 決める方法で、手のひらでやり、少なくとも三人で やる遊びです。皆さんは HOMPIMPAの遊び方を まだ 覚えているかも しれません。そのことを 思い出すように 一度 一般的な 説明をしたい と思います。HOMPIMPAの遊び方は 子供たちが いっしょに HOMPIMPAと 言いながら、PAと
言ったとき、上から したへ 手を下ろして、片方の手を 開いて見せます。手のひらを 上にしたり、下に したりします。手のひらを 上に したか 下に
した子が 少なければ、かれらが 勝ちです。最後に 残った子が 優勝者です。これは 簡単な遊びだ と思います。それに、HOMPIMPAをやる理由は 公平で ごまかしが ない方法なので、みんなが やります。
むかし、子供の遊びで 誰が 勝ちか 負けかを 富くじしたい場合は たいてい HOMPIMPAを 使っていました。ときどき「Hompimpa Alaium Gambreng」
と言う人も います。そのことで かくれんぼを する時を 思い出します。わたしの子供のころ 友達に かくれんぼに 誘われた ことがあります。最初
わたしは かくれんぼを あまり 知りませんでした。友達が 教えてくれたので、だいたい わかりました。五人だけで 遊びました。その遊びで 探す人を
決める前に HOMPIMPAを しました。わたしたちは 手のひらを 見せながら、いっしょに 大きい声で HOMPIMPA と言いました。初めに 約束したように、上に したか 下に した子が 少ないと、勝ちに なります。彼らは この遊びで 探す人ならなくても よいのですが、かくれる人です。HOMPIMPAで 二人が 残ったら、SUITを しなければ なりません。これは インドネシアの子供たちに 受けた選び方です。
すでに、日本にも HOMPIMPAに 似た遊びが あります。皆さん ジャンケンポンを 聞いた ことがありますか。それは HOMPIMPAと
だいたい 同じことです。反対に、インドネシア人にとって、ジャンケンポンは たぶん 珍しいかも しれない と思います。ジャンケンポンと言うのは
たいてい 二人で 手指を 使って、日本の子供の遊びです。目的も 同じですが、だれが 勝ちか 負けかを 決めます。ただ 名前と形が ちょっと 違い
ます。遊び方も 同じですが、いっしょに 「ポン」と言ったとき、手のひらを 紙や はさみや 石の形に 見せます。日本では そのような形を GUU,CHOKI,PAAと言います。手指を こぶしのように 固めたら GUUで、二つの 人差し指と 中指を Vの字に したら、CHOKIとなる、手のひらを 開いたら、PAAに なります。規則のは 石は 紙に 負けますが、はさみに 勝って、はさみは 紙に 勝ちます。わたしは「あれ、しっている。ジャンケンポンと言う遊びですね」と言いました。子供の頃 知っていた とおりに その遊びの名前は 私の住んでいるところでは 「SUIT CHINA」と言いました。
言葉を 区切ってみたら、HOMPIMPAでも ジャンケンポンでも、三つに わかれます。それは HOM-PIM-PAとジャン-ケン-ポンです。一体、みなさんは HOMPIMPAの意味を 知っていますか。インドネシア語の辞典でも その言葉の意味は ありませんが、Hompimpa Alaium Gambrengは
「神から神に 戻って、遊びましょう」と言う意味です。これは テレビ番組で 聞いたのです。わたしも そんなことを 気がついたばかりなんです。ジャン
ケンポンの意味も ありません。わたしは 日本の人に 直接に ジャンケンポンの意味を 聞きましたが、日本の人は わたしに 「それは 日本に ある遊
びの名前 だけですよ」と言いました。やっと、わたしは その二つの遊びは 違いもとから あわれたのに 同じ方法と目的も 持っていることが わかりま
した。
今まで、HOMPIMPAは 子供たちに あまり使わなくて、そのままに 忘れられて しまいました。でも、ほんとうは HOMPIMPAが わたしたちに 正直のことや ちっとをしないことなどを 教えてくれます。ですから、HOMPIMPAの不変の ために、また 友達に HOMPIMPAを 遊んで誘いましょう。あるいは 直接に 弟 や 妹に 教えてあげましょう。そう すれば わぐにで HOMPIMPAのことが ずっと 聞こえるでしょう。
これで スピーチが おわります。
ごせいちょう、ありがとう ございました。
I need to teach Japanese kids about Indonesian culture and this article really inspired me. Simple yet precious. ありがとう
ReplyDelete