JAM

Saturday 6 October 2012

PENDEKATAN SINTAKSIS, FRASA & KLAUSA



Ini awalnya berupa tugas... tapi berdasarkan pertimbangan dan prediksi masa depan,... maka dipostinglah ini... mana tau ada yang butuh dan sekaligus menjadi inspirasi....


1. Pendekatan Sintaksis Menurut Pakar

Sintaksis merupakan cabang dari ilmu linguistik. Secara umum sintaksis mempelajari tentang struktur dan unsur pembentuk kalimat. Ada banyak defenisi sintksis yang dikemukakan oleh para pakar. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan sintaksis menurut pakar.

1.1 Hari Murt Kridalaksana (1993)
Sintaksis adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistik yang mempelajari tentang kata. Sintaksis sebagai pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata.
1.2. Moeliono, (1976:103)
Sintaksis adalah studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar, frase dan kalimat). Dan definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frase dan ka1imat, dengan kata sebagai satuan dasarnya.
1.3. Ramlah (2001:18)
Istilah sintaksis (Belanda, Syntaxis) ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase.
1.4. Ramlah (1976:57)
Sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat.
1.5. O’ Grady, et. al., (1997)
“the system of the rules and categories that underlines sentence formation in human language.” Artinya: Aturan dalam sistem pola kalimat dasar dalam bahasa manusia.

1.6. Gleason (1955)
“Syntax maybe roughly defined as the principles of arrangement of the construction (word) into large constructions of various kinds.”
Artinya: sintaksis mungkin dikaitkan dari definisi prinsip aransement konstruksi (kata) kedalam konstruksi besar dari bermacam-macam variasi.
1.7. (Ibrahim, dkk:1) Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan : bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa.
1.8. Menurut Keraf, (1978:153) Sintaksis (Yunani:Sun + tattein = mengatur bersama-sama) ialah bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasar-dasar dan proses-proses pembentukan kalimat dalam suatu bahasa.
1.9. Menurut Verhaar, (1981:70) Bidang sintaksis (Inggris, syntax) menyelidiki semua hubungan antar kelompok kata (atau antar-frase) dalam satuan dasar sintaksis itu. Sintaksis itu mnempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata, tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat.



2. Frasa dan Klausa

2.1 Frasa
Frase juga dapat disebut dengan frasa. Secara umum frase/frasa itu memiliki arti berupa gabungan dari beberapa kata yang memiliki arti/makna tapi tidak memiliki predikat. Secara spesifik di bawah ini terdapat beberapa definisi frase yang dikemukakan oleh beberapa pakar.
 Menurut Keraf, (1984:138)
Frasa adalah satuan konstruksi yang terdiri dari dua kata atau lebih yang membentuk satu kesatuan.
 Menurut Prof. M. Ramlan, (2001:139)
Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan. Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
 Menurut Djoko Kentjono (1982:57)
Frase adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua atau lebih dari dua kata yang tidak berciri klausa dan pada umumnya menjadi pembentuk klausa.
 Menut Chaer, (1991:222)
Frasa juga didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonprediktif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat.
 Menurut Chaer (1994:222)
Frase adalah satuan bahasa yang berada satu tingkat di bawah satuan klausa, atau satu tingkat berada di atas satuan kata.
 Parera (1993 : 32)
Frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Dengan demikian, sebuah frasa sekurang-kurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian sebuah frasa yang terdekat atau langsung membentuk frasa itu,
 Verhaar (1999 : 291)
memberi batasan bahwa frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.
 Kridalaksana (1984)
bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang; mis, gunung tinggi

Secara umum Frase terbagi atas:
1. Berdasarkan persamaan distribusi dengan unsurnya (pemadunya)
Frasa Endosentris,
Frasa Endosentris Koordinatif
Frasa Endosentris Atributif
Frasa Endosentris Apositif
Frasa Eksosentris,
2. Berdasarkan Kategori Kata yang Menjadi Unsur Pusatnya;
Frasa nomina, Frasa verba, Frasa adjektifa, Frasa numerilia, Frasa preposisi, Frasa konjungsi

Dalam bahasa Jepang frase terdiri dari:
1. Frase Nomina
Dalam frase tersebut menjelasan tentang nomina.
Contoh:  三人男、先生の車
2. Frase verbal
Dalam frase tersebut menerangan tentang kata kerja.
Contoh:  買った本, 歩く人
3. Frasa adjektva
Dalam frase tersebut menerangkan tentang kata sifat.
Contoh:  有名な人、赤い靴

2.2 Klausa
Berikut ini ada beberapa definisi klausa;
 Klausa ialah satuan gramatikal, berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek (S) dan predikat (P), dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana dkk, 1980:208).
 Klausa ialah unsur kalimat, karena sebagian besar kalimat terdiri dari dua unsur klausa (Rusmaji, 113).
 Unsur inti klausa adalah S dan P. Namun demikian, S juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1981:62).
 Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kata-kata berkontruksi predikatif. Artinya dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek dan sebagai keterangan (Chaer: 2003).
Dari definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas predikat, baik diikuti oleh subjek, objek, pelengkap, keterangan atau tidak dan merupakan bagian dari kalimat.
Penanda klausa adalah P, tetapi yang menjadi klausa bukan hanya P, jika mempunyai S, klausa terdiri atas S dan P. Jika mempunyai S, klausa terdiri dari atas S, P, dan O. jika tidak memiliki O dan Ket, klausa terdiri atas P, O, dan Ket. Demikian seterusnya.Penanda klausa adalah P, tetapi yang dianggap sebagai unsur inti klausa adalah S dan P.
Dalam bahasa Indonesia klausa terdiri dari klausa verbal yaitu predikatnya berupa verba, klausa nomina yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina, lalu klausa adjektival, klausa adverbial, klausa preposisional, dan klausa numeral.
Dalam bahasa Jepang klausa terdiri dari
1. Klausa nomina
Klausa yang menunjukkan pelaku,tindakan, tujuan pelaku dan lain-lain
contoh: きのう 食べ物を 食べたのは 私だった。
私は 旅行することが好きです。

2. Klausa adjektiva
Klausa yang di dalamnya menunjukkan sifat suatu hal.
Contoh: 父は 黒い車を 買いました
この本は 面白い ですよ。
3. Klausa verbal
Klausa yang di dalamnya menunjukkan kegiatan
Contoh: あそこで 子どもが 遊びます。
先生は 私に 漢字を教えてくださいました。



3. KOPULA

Kopula merupakan kata yang digunakan untuk memberikan penegasan pada suatu kalimat. Untuk mengetahui definisi kopula dalam bahasa Jepang, Sudjianto (1999:118) memberikan pernyataan dalam bukunya tentang kopula, yaitu; “ jodooshi masih diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan berbagai macam istilah. Ada yang menerjemahkannya menjadi kata kerja kopula atau kata kerja bantu”.
Dari pernyataan singkat tersebut dapat membuka pemikiran bahwa dalam bahasa Jepang kopula merupakan verba bantu (joudoshi). Secara umum kopula dalam bahasa Jepang terletak di akhir kalimat
Kopula dalam bahasa Jepang banyak sekali jumlahnya, terutama pengembangan dari perubahan verba seperti seru, saseru, reru, rareru, tai, tagaru dan lainnya. Semua kopula tersebut merupakan bagian dari verba dan perubahannya pun sama dengan perubahan verba (Sutedi, 2003:61).
Adapun fungsi utama kopula menurut Sutedi (2003:61) yaitu untuk menyatakan suatu predikat dalam kalimat yang berpredikat nomina dan adjektiva- NA.
Dari pernyataan tesebut berarti dapat dikatakan bahwa kopula itu juga dapat digolongkan sebagai gobi. Jadi secara tersirat dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar kopula dalam bahasa Jepang itu dapat mengalami perubahan.
Berikut adalah beberapa kopula yang mengalami perubahan:

No. Verba bantu Bentuk
~ masu Bentuk keinginan Bentuk ~ te Bentuk negatif Bentuk lampau Bentuk perintah Bentuk ajakan Bentuk negatif lampau
1 da/desu desu de dewa arimasen/ dewanai deshita/ datta dewa arimasen deshita/ dewa nakatta
2 rareru raremasu rarete raremasen/ rarenai raremashita/ rareta reremasen deshita/ rarenakatta
3 saseru sasemasu sasetai sasete sasemasen/ sasenai sasemashita/ saseta sasete kudasai/ sasero,saseyo sasemashoo/ saseyo sasemasen deshita/ sasenakatta
4 seru semasu setai sete semasen/ senai semashita/ seta sete kudasai/ sero, seyo semashoo/ seyo semasen deshita/ senakatta























SUMBER

http://ramlannarie.wordpress.com/2010/05/30/pengertian-sintaksis/
http://zieper.multiply.com/journal/item/38
ahmad dahidi makalah pasca UPI
Dedi Sutedi, Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang

No comments:

Post a Comment